APA SEBENARNYA YANG DILAKUKAN SEORANG SUTRADARA?
Banyak orang gak tau apa sebenarnya yang dilakukan seorang sutradara film. Tapi kalau kita harus strictly to the point,
maka seorang sutradara adalah orang yang bertanggung jawab atas
layaknya sebuah film untuk dilihat, layaknya suara-suara yang
diperdengarkan dan layaknya aktor memerankan adegan.
Seorang
sutradara adalah orang yang selalu berada di lokasi set. Dialah yang
berperan penting dalam hampir semua aspek pembuatan film. Mulai dari
menyetujui model kostum yang dipakai, audisi para pemeran (casting), menentukan sudut pengambilan gambar (camera angle), menciptakan nuansa dan atmosfir adegan, pada saat editing pun ikut membantu memilih shot yang bagus, menentukan gaya
penampilan pemeran, dan segala macam kreatifitas-kreatifitas yang harus
ditampilkan oleh sebuah film. Tapi ini bukan berarti bahwa seorang
sutradara mengerjakannya sendiri. Dia harus bisa memimpin sebuah
departemen produksi untuk bersama-sama melakukannya, seperti kameraman,
petugas lighting, juru rias, petugas dekor, dll.
Seorang
sutradara professional harus bisa membuat ide-ide kreatif bersama
seluruh pimpinan produksi. Mereka harus berkolaborasi!. Mengapa? Karena
masing-masing pimpinan produksi pastilah memiliki keahlian
masing-masing. Sehingga masukan ide kreatif dari masing-masing ahli itu
akan sangat membantu untuk menciptakan film yang baik. Biasanya seorang
sutradara selalu didampingi penulis naskah pada saat proyek film akan
dimulai. Selanjutnya bersama editor dan penata musik pada proses akhir.
Itulah sebabnya mengapa seorang sutradara harus bekerja mulai dari awal
sampai akhir.
Dalam
beberapa kondisi seorang sutradara kadang-kadang juga sebagai produser
atau penulis naskah. Tapi umumnya seorang sutradara rada ogah menjadi
kameraman. Karena sutradara harus lebih fokus pada pengaturan adegan.
Masalah pengambilan gambar akan lebih baik dipercayakan kepada DOP (Director of Photography)
yang bertanggung jawab pada kamera dan lighting. Karena pada dasarnya
kameraman gak penting-penting amat memperhatikan penampilan actor.
Mereka lebih fokus bagaimana menciptakan gambar-gambar yang bagus dan
layak ditonton pemirsa.
Berbeda dengan sutradara film independent, maka biasanya sutradara
akan merangkap beberapa jabatan didalam proyek film. Bisa saja dia
sebagai produser, penulis naskah, kameraman, dan penyandang dana. Bahkan
kadangkala dia pun bisa sebagai editor.
Ada dua cara kehidupan seorang sutradara dalam bekerja. Mereka bekerja sebagai sutradara lepas (freelance)
yakni direkrut oleh berbagai produser atau perusahaan produksi film
untuk menangani proyek film, atau mereka bekerja pada sebuah production
house sebagai karyawan. Pilihan kedua biasanya lebih disukai karena
pendapatan seorang sutradara akan lebih stabil. Tapi, pilihan mana pun
yang dijalani, mentalitas sebagai seorang sutradara professional adalah
hal yang utama..
Tidak seperti sebagian artis, aktor, maupun penulis yang biasanya terlahir dengan bakatnya, seorang sutradara harus mempelajari seni dari pekerjaan yang digelutinya. Melalui apa? yakni melalui :
- Observasi dan tentu saja praktek.
- Sutradara juga bisa belajar dengan cara menonton film-film karya sutradara yang lain.
- Calon sutradara juga bisa belajar dengan memperhatikan cara sutradara lain bekerja di lapangan
- Pengetahuan penyutradaraan juga bisa diperoleh dari membaca buku-buku tentang film atau mengikuti pendidikkan sinematografi bisa berupa kursus atau pendidikan formal
- Satu hal yang pasti, tempat berlatih yang baik bagi calon sutradara adalah industri film itu sendiri. Intinya, terjun langsung dalam dunia film adalah pelatihan terbaik.
Memang tidak begitu banyak institusi pendidikan yang memfokuskan pada
sinematografi di Indonesia, beberpaa perguruan tinggi diantaranya ada
IKJ (Institut Kesenian Jakarta), ISI (Institut Seni Indonesia)
Jogyakarta, dan Next Academy. Lain halnya kalau broadcasting
(penyiaran), puluhan perguruan tinggi sudah membuka jurusan ini.
Universitas Indonesia, UNPAD Bandung, Univ Moestopo, Sahid, AKOM BSI,
Univ Tarumanagara, dan terakhir Univ Pancasila memiliki jurusan
Broadcasting. Nah kalau tempat kursus diantaranya, School for Brodcast
Media, PPHUI (Usmar Ismail), Diklat TVRI, Broadcast Center UI, dan CMC.
Selain institusi tadi, sutradara Rudy Soejarwo pernah mengadakan
pelatihan penyutradaraan, juga Pop Corner yg terdiri dari bberapa sineas
muda, terakhir Hanung Bramatyo juga mengadakan semacam pelatihan untu
calon asisten sutradara.
Mengikuti pendidikan formal atau kursus bukan jalan satu-satunya,
seperti yang diuraikan di atas bahwa ada cara-cara lain. Menonton karya
sutradara lain juga penting dan ini juga dilakukan di perguruan tinggi
semisal yang dilakukan di University of Southern California dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences bahkan di Institut Kesenian Jakarta
juga, bahkan menonton menjadi kewajiban mahasiswa. Sutradara Riri Riza
menyukai sesi menonton ini yg diwajibkan di mata kuliah Sejarah Film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar